Senin, 30 Agustus 2010

7 KEWAJIBAN UMMAT MUSLIM

Tujuh perkara yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab muslim dalam agama Islam.


Shahabat muslim rahimakumullah.
Agama Islam sebagai agama yang paling tinggi dan mulia, Litakuuna kalimatullahi hiyal 'ulya, maka kita sebagai ummat wajib memelihara karunia ini dalam setiap diri dan bangsa kita. Apakah kewajiban dan tanggungjawab kita terhadap agama Islam?
Tanggungjawab umat muslim terhadap agama Islam:
1. Mempelajari
2. Meyakini
3. Mengamalkan
4. Memuliakan
5. Mendakwahkan
6. Mengajarkan
7. Membela


Pertama.
Mempelajari. Dengan mempelajari maka kita akan memperoleh ilmu. Islam perlu kita pelajari sebelum kita mengamalkannya. al-Ilmu qablal 'amal (ilmu itu sebelum amal). Mengapa demikian, tidak lain adalah karena dengan ilmu maka kualitas amal ibadah kita akan selalu terjamin dan tetap terjaga. Makin dalam pengetahuan terhadap agama akan makin meningkat kualitas amal ibadah kita dan makin bermutu kehidupan kita. Banyak diantara kita dan merupakan realitas masyarakat muslim, bahwa masih banyak yang belum paham dengan agama sendiri. Sehingga berpengaruh pada kualitas  amaliyah sehari-hari. Banyak  yang mendahulukan sunnah dari pada yang wajib. Bahkan lebih memprihatinkan, masih banyak yang melaksanakan ibadah syariat islam tetapi tetap saja melakukan menghalalkan yang subhat atau melakukan kemaksiatan. Demikian termasuk perbuatan menganiyaya diri dan merupakan perbuatan meruntuhkan akidah islam.
Kedua.
Meyakini agama Islam. Keyakinan kita terhadap islam sebagai agama dari Allah. Harus kita tanamkan dalam diri , dalam kalbu yang paling dalam. Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan diridhoi  Allah SWT. Ini adalah sesuatu prinsip yang mendasar dan yang tak dapat ditawar-tawar dalam ajaran Islam. Setiap umat muslim wajib mengakui dan meyakini hal ini. Prinsip ini memang nampak eksklusif dan yang paling benar sendiri.
Namun hal ini dikuatkan dalam firman Allah SWT :
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَـٰمُ‌ۗ
”Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali Imran : 19)
Dan dalam firman yang lain dinyatakan :
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَـٰمِ دِينً۬ا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِى ٱلۡأَخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ 
”Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Ali Imran : 85)


Ketiga.
Mengamalkan agama islam  pada diri sendiri. Dengan mengetahui dan kemudian meyakini kebenaran agama Islam maka selanjutnya adalah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi diri sendiri. Beribadah dan bekerja sesuai syariat. Melakukan transaksi  dagang yang sesuai syariat dan intinya adalah mengamalkan Islam itu secara kaffah (seutuhnya).  Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ummat muslim menerapkan syariatnya secara haq (benar), maka bukan tidak mungkin bangsa dan negara akan menjadi makmur, penuh rahmat dan ampunan dari Allah SWT. Baldatun thoyyibatun wa Rabbun gafuur.
Keempat.
Memuliakan agama Islam. Agama diridhoi Allah SWT. Memuliakan dengan lisan, tulisan dan berbagai hal yang tingkah laku kita sebagai ummat muslim dalam kehidupan sehari-hari. Membela Islam dan meluruskan ajaran-ajaran Islam yang menyimpang. Pemerintah kita yang didominasi oleh ummat muslim selayaknya pula merumuskan, menetapkan arah dan haluan kehidupan bangsa dan negara ini pun haruslah  sesuai  syariat. Mengapa demikian, karena Islam adalah agama yang rahmatan lil ’alamiin. Bahwa dengan berpedoman ajaran Islam maka dijamin negeri ini akan adil makmur dan sejahtera.
Kelima.
Mendakwahkan  ajaran Islam kepada orang lain. Melakukan dakwah pun haruslah sesuai syariat dan mengedepankan tauladan dari pada pertentangan dan pertengkaran. Orientasi dakwah Islam adalah memperkuat dan memperkokoh akidah bagi ummat Islam, serta mengajak kepada kebaikan dan menjauhkan diri dan orang lain dari hal-hal bersifat kemaksiatan dan kekufuran.
Allah berfirman :
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٌ۬ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ‌ۚ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

”Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imran : 104)
Keenam.
Mengajarkan dan mendidik. Tanggungjawab sebagai ummat muslim yang tak kalah penting, yaitu melakukan pendikidan dan pengajaran agama Islam  terhadap generasi selanjutnya agar tegak dan mulianya agama Allah SWT. Pendidikan dan pengajaran dilakukan baik di rumah, lingkungan sekitar, maupun melalui jasa pendidikan sekolah, madrasah, kelompok belajar dan bermain anak dan masih banyak lainnya.
Ketujuh.
Membela dan memperjuangkan agama Islam. Disini adalah melakukan pembelaan dan berjuang demi tegak dan mulianya agama Allah SWT, Islam. Setiap orang umat Muslim dimana pun  berada, wajib baginya membela dan berjuang demi agama Islam dari ancaman dan penindasan. Perjuangan tersebut dapat berupa tenaga, waktu dan pikiran, harta benda maupun jika diperlukan dengan nyawa kita. Itu adalah prinsip. Namun demikian tidak semua perjuangan menegakkan agama Allah dilakukan dengan peperangan. Firman Allah SWT :
تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَـٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٲلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡ‌ۚ ذَٲلِكُمۡ خَيۡرٌ۬ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَـٰرَةٍ۬ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٍ۬ 
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah, dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Inilah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (QS. Ash Shaff : 10-11)


Demikian semoga dapat menjadi renungan kita bersama.
Billahi taufiq wal hidayah, Wasalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Kamis, 19 Agustus 2010

Pusaka Warisan - As Sunnah

AS SUNNAH - HADITS pusaka dan warisan Rasulullah SAW

Bagaimanakah posisi As Sunnah sebagai bagian dari warisan pusaka dari Nabi Muhammad SAW kepada ummat manusia dan ummat muslim ?
As Sunnah berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, penjelas atas ayat-ayat tertentu dalam Al Quran. Fungsi as-Sunnah terhadap Al Qur’an dikategorikan :
  1. BAYAN TAFSIRI
  2. BAYAN TAQRIRI
  3. BAYAN TAUDHIHI
Bayan Tafsiri, 
  • yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum mujmal dan musytarak. Seperti hadits: “Shallukama ra’aitumuni ushalli” (shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran dari ayat al-Qur’an yang umum, yaitu: “Aqimush-shalah” (kerjakan shalat). Demikian pula dengan hadits: “khudzu ‘annimanasikakum” (ambilah dariku perbuatan hajiku) adalah tafsiran ayat al-Qur’an “Waatimmulhajja” (dan sempurnakan hajimu).
Yang termasuk bayan tafisiri adalah:
  • Ayat-ayat Al Quran yang tersebut secara mujmal, diperincikan oleh Hadits, contoh Hukum-hukum di dalam Al Quran yang disebut secara umum dengan tidak menyebutkan kaifiat, sebab-sebab, syarat-syarat dan lainnya semuanya diperjelaskan oleh hadits, eperti dalil halal haram dalam makanan, dalam masalah ibadah sholat dll. 
  • Ayat-ayat yang mutlaq kemudian dimuqayyadkan oleh hadits sesuai dengan tempat dan keadaan yang menghendakinya. Seperti ayat tentang muamalah, munakahat, siyasiyah, dll 
  • Ayat-ayat yang musykil diterangkan oleh hadits, contoh ayat-ayat yang terkait dengan masalah aqidah, ayat yang memiliki makna khusus, dll.
Bayan Taqriri
  • yaitu as-Sunnah yang berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Qur’an, seperti hadits yang berbunyi: “Shaumul liru’yatihi wafthiruliru’yatihi” (berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat al-Qur’an dalam surat al-Baqarah:185.
Termasuk bayan taqirir adalah :
  • Hadits yang menyatakan hukum-hukum, saluran dan saranan bagi sesuatu perkara sesuai dengan masa atau situasi dan kondisi bagi berlakunya perkara-perkara itu berlandaskan prinsip dan objektif Al Quran. Dan Hadits-hadits menarik kaedah prinsipal daripada keterangan-keterangan Al Quran yang boleh dijadikan sebagai panduan untuk mengqiaskan persoalan-persoalan yang baru timbul.
Bayan Taudhihi
  • yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat al-Qu r’an, seperti pernyataan Nabi:Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati” ------ adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat al-Qur’an dalam surat at-Taubah:34 yang berbunyi sebagai berikut: “Dan orang-orang yang menyimpan mas dan perak yang kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang sangat pedih”. Pada waktu ayat ini turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan perintah ini, maka mereka bertanya kepada Nabi yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.
Termasuk dalam bayan taudhihi  adalah :
  • Hadits-hadits menceritakan sebab-sebab, hikmat dan maslahat-maslahat di sebalik ketentuan hukum dalam Al Quran yang boleh dijadikan kaedah dan prinsip dalam menentukan hukum-hukum yang tidak tersebut di dalamnya.. Nabi s.a.w. mengambil hikmat ilahi daripada bimbingan, panduan dan misi Al Quran, kemudian menjelaskannya kedalam kehidupan amali manusia.

Rabu, 11 Agustus 2010

Sabar Dalam Tuntunan Syar'i

S A B A R.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu)”. (Ali-‘Imran: 200).

Assalamu'alaikum wr. wb.
Sahabat Maroja Rahimakumullah.
Kategori sabar dalam syar'i (menurut syariah Islam) dikelompokkan menjadi 3 (tiga).
Sabar Pertama. (Sabar Menjalankan Ibadah)
Sabar dalam menjalankan ibadah dan melaksanakan seluruh perintah dan syariat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Intinya adalah Ketaatan. Seseorang untuk menjadi taat adalah sangat berat dan umumnya sulit dilaksanakan oleh jiwa raga seseorang. Rasa lemah, capek, kepayahan atau jenuh serta keengganan meibadahkan harta (enggan ber-zakat dan enggan melaksanakan haji, dan sebagainya). Maka dapat dikatakan bahawa dalam menjalankan 'ketaatan' beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa sangat dibutuhkan sabar dan pertolongan. 
ALLAH subhanahu wata’ala berfirman:

Sabar Kedua. (Sabar Menahan Diri)
Sahabat Maroja Rahimakumullah.
Sabar seseorang untuk menahan diri dari segala sesuatu yang diharamkan-Nya karena jiwa cenderung merayu dan mengajak untuk melakukan perbuatan negatif, keji dan hina. Seseorang wajib menyabarkan diri dari perbuatan-perbuatan : dusta, menipu dalam muamalah, makan harta dengan bathil dengan cara riba atau yang lainnya, zina, minum khamr, mencuri, dan yang semisalnya dari dosa-dosa besar. Seseorang harus mampu bersabar agar tak terjerumus ke dalam maksiat dan ini membutuhkan pertolongan dan menahan diri dan hawa nafsu.

Sabar Ketiga. (Sabar Menerima Musibah)
Sahabat Maroja Rahimakumullah.
Sabar terhadap takdir-takdir ALLAH subhanahu wata’ala yang menyakitkan karena takdir-Nya terkadang membahagiakan dan menyakitkan. Adapun takdir yang membahagiakan maka perlu untuk disyukuri. Adapun bersyukur termasuk ketaatan kepada ALLAH adalah termasuk membahagiakan. Sedangkan takdir yang menyakitkan dirasakan tidak enak oleh manusia dengan diberi cobaan pada badannya, hilaangnya harta, keluarganya dan masyarakatnya.

Sahabat Maroja Rahimakumullah.
Jadi intinya, bahwa "sabar" menurut bahasa adalah menahan. Adapun secara syar’i, maknanya adalah menahan diri dalam tiga perkara:
- Yang pertama, taat kepada ALLAH subhanahu wata’ala.
- Yang kedua, menahan diri dari perkara-perkara yang haram.
- Yang ketiga, menahan diri terhadap takdir ALLAH subhanahu wata’ala yang menyakitkan.
Ini adalah macam-macam sabar yang telah diajarkan oleh para alim-ulama.

Wa billahi taufiq wal hidayah. Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuuh.

(Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin), 
Kutipan "Inilah Hakekat Sabar oleh Abu Umar (sumber: www.ulamasunnah.wordpress.com)

Kamis, 05 Agustus 2010

Indahnya Memaafkan

Allah Swt berfirman :
"...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."  (QS. An Nuur, 24:22).
"...dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. “  (QS. At Taghaabun, 64:14)
Assalamu alaikum warahmatullahi wabaraakatuh.

Sahabat maroja rahiimakumullah.

Banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka ini cenderung menampakkan rasa amarah. Di lain pihak, sikap untuk memaafkan adalah sikap seorang mukmin yang tulus. Kita tahu bahwa manusia diuji di dunia ini untuk belajar dari kesalahannya sehingga dapat berlapang dada serta tetap bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman (mukmin) juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar atau orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil.

Sahabat maroja rahiimakumullah.

Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, sebagai seorang mukmin maka akan mengetahui bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah SWT dan berjalan sesuai takdirnya. Dan oleh karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa pahit yang dialaminya agar tidak pernah terbelenggu oleh nafsu amarah.


Ketika kita terbiasa memendam amarah pada tingkat rendah sekalipun untuk sepanjang waktu. Mungkin kita tidak akan menyadari apakah sikap demikian itu normal? Memelihara amarah demikian menyebabkan semacam tekanan pada aliran adrenalin yang memupuk bom waktu untuk diledakkan pada saat tertentu. Semakin menumpukkan aliran depresi pada adrenalin yang kemudian membuat orang tersebut terbiasa, maka hal itu dapat membakar seluruh tubuh sehingga sulit berpikir jernih yang akan memperburuk keadaan. Lebih parah lagi bila amarah yang di'pupuk' demikian telah mendarah-daging, maka berdampak munculnya pembentukan sikap sosial seseorang yang dikenal dengan istilah 'karakter' . Mungkin telah banyak peneliti yang mengatakan bahwa memendam amarah atau memelihara amarah dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

Sahabat Maroja Rahimakumullah.

Memaafkan memang terasa memberatkan atau terasa membahagiakan, adalah suatu bagian dari akhlak terpuji, yang dapat menghilangkan segala dampak merusak (demage factor) dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Tujuan hakiki dari sikap memaafkan tiada lain adalah ridho Allah SWT semata. Hal ini telah banyak difirmankan Allah SWT dalam al qur'an agar kita dapat menjadi manusia selayaknya, dan menjadikan derajat manusia sebagai setinggi-tinggi mahluk ciptaan-Nya. Mari kita renungkan ... sudahkah kita melaksanakan salah satu ajaran al quran ini? untuk ringan memaafkan dan mengharap ridha Allah SWT.


Jazakumullahu khairan katsiir.Wasalam.