Selasa, 04 Oktober 2011

Orang-Orang yang Berdzikir dan Berdoa

Orang-Orang yang Berdzikir dan Berdoa
Suatu hari, Rasulullah menyampaikan berita kepada sahabat tentang adanya malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan, berkeliling di muka bumi, untuk mencari orang yang selalu berdzikir, mencari majelis-majelis yang berdzikir. Jika malaikat itu menemukan apa yang dicari, maka dia akan berseru kepada malaikat lainnya, “Kemarilah, inilah hajat kalian!”
Lalu para malaikat itu mengelilingi kaum yang sedang berdzikir tersebut, ikut duduk bersama mereka, dengan membentangkan sayap-sayap mereka sampai ke atas langit dunia. Jika orang-orang yang berdzikir tadi selesai melakukan dzikirnya, para malaikat naik ke langit. Pada saat itu Rabb bertanya kepada malaikat – dan Dia Lebih Mengetahui – :
“Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?”
“Mereka bertasbih kepada-Mu, bertakbir, bertahmid, dan mengagungkan-Mu” jawab para malaikat.
“Apakah mereka melihat-Ku?” Allah SWT bertanya lagi.
Malaikat: “Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu!”
Allah SWT: “Apa yang mereka minta?”
Malaikat: “Mereka meminta Surga kepada-Mu.”
Allah SWT: “Apakah mereka pernah melihatnya?”
Malaikat: “Tidak wahai Rabb, mereka belum pernah melihatnya!”
Allah SWT: “Lantas bagaimana jika mereka melihatnya?”
Malaikat: “Andaikan mereka melihatnya, niscaya mereka akan lebih sangat mendambakannya, lebih sangat menginginkannya, dan lebih senang kepadanya!”
Allah SWT: “Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?”
Malaikat: “Mereka meminta perlindungan dari Neraka.”
Allah SWT: “Apakah mereka pernah melihatnya?”
Malaikat: “Tidak, demi Allah, mereka belum pernah melihatnya.”
Allah SWT: “Bagaimana seandainya mereka melihatnya?”
Malaikat: “Seandainya mereka pernah melihatnya, tentu mereka lebih menjauh daripadanya dan lebih takut daripadanya.”
Lalu Allah SWT berfirman, “Saksikanlah oleh kalian bahwa Aku telah mengampuni untuk mereka.”
Salah satu dari malaikat pun berkata, “Wahai Rabb, di tengah-tengah mereka ada seseorang yang bukan dari golongan mereka. Orang itu datang untuk suatu kepentingan (bukan untuk berdzikir)!”
Allah SWT menanggapinya, “Mereka itu adalah kelompok orang yang tidak akan celaka, siapa pun yang ikut duduk dengan mereka!”___

Maraji’: Hadits Riwayat Bukhari – Muslim. Diriwayatkan juga dari Abu Hurairah.Sumber : www.dakwatuna.com

Selasa, 27 September 2011

Siapakah Raja Fir'aun Yang Tenggelam di Laut Merah ?


Nama Raja Fir'aun Yang Tenggelam di Laut Merah ? 


Relief Penindasan Raja Fir'aun 
Kisah mengenai Mukjizat Nabi Musa (Mosses) yang membelah Laut Merah dengan tongkatnya untuk menghindari kejaran Fir'aun dan bala tentaranya tentunya sudah tak asing lagi ditelinga kita.

Siapakah Fir'aun Yang Tenggelam di Laut Merah ?
Ternyata Nama Fir'aun hanyalah sebuah gelar raja (Bukan nama Raja). Hal ini sama seperti di Indonesia ada kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh seorang raja bergelar Sultan Hamengku Buwono yang saat ini dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono X. 
dalam berbagai kisah fir'aun, diceritakan bahwa Raja Fir'aun lah yang tenggelam di laut merah. 

Lalu Fir'aun yang manakah, yang tenggelam di Laut Merah itu?
..... lebih lanjut ,  baca di laman Artikel diatas.

Jumat, 09 September 2011

Iblis, seperti apakah dia ?

"Dialog Nabi Muhammad SAW dengan Iblis"
(oleh : Syeikh Muhyiddin Ibnu 'Araby )


Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam sejahtera semoga senantiasa dilimpahkan kepada seorang nabi yang Ummi, Muhammad saw., dan kepada keluarganya yang bersih serta seluruh sahabatnya yang mulia.


Diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal r.a., dari Ibnu Abbas r.a. yang berkisah: ............................
Kami bersama Rasulullah saw di rumah salah seorang sahabat Anshar, dimana saat itu kami di tengah-tengah jamaah. Lalu ada suara orang memanggil dari luar.
"Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, sementara kalian butuh kepadaku."
Rasulullah bertanya kepada para jamaah,
"Apakah kalian tahu, siapa yang memanggil dari luar itu?"
Mereka menjawab, 
"Tentu Allah dan RasulNYA yang lebih tahu."
Lalu Rasulullah menjelaskan, 
"Ini adalah iblis yang terkutuk. Semoga Allah senantiasa melaknatnya."
Kemudian Umar r.a. meminta izin kepada Rasulullah sembari berkata, 
"Ya Rasulullah, apakah engkau mengizinkanku untuk membunuhnya?"
...lebih lanjut , silahkan baca di laman Muhammad SAW diatas.

Muttaqin

Menjadi Muttaqin kah kita?


Memasuki Bulan Syawal 1432H ini, kita telah melewati melalui Bulan Ramadhan yang penuh berkah. 
Namun apakah kita telah memperoleh barokah? apakah kita telah memperoleh manfaat? apakah kita termasuk orang yang bertakwa (muttaqin) ? 
Dalam beberapa kali majelis ta'lim dibulan syawal telah banyak disampaikan tausyiah tentang menjadi muttaqin. 
Dan ciri-ciri orang yang muttaqin itu, diantaranya  ada 3 (tiga) golongan yang sering kita dengar dalam majelis ta'lim, walaupun masih ada beberapa ciri-ciri lain pula. 
Yaitu  :

1.        Yunfiquuna fissarrai wa dharraa.
yaitu orang yang menafkahkan hartanya diwaktu lapang dan sempit. 
Jika diwaktu lapang mungkin akan lebih mudah untuk menafkahkan harta, gaji besar dan ketika mendapatkan keuntungan dalam berniaga serta kesenangan lainnya. Tetapi Allah SWT juga memerintahkan agar kita menafkahkan harta diwaktu sempit dimana terkadang orang miskin ini hanya bisa meminta-minta tetapi tidak mau memberi, padahal ciri manusia muttaqin adalah meskipun miskin, kita tetap menafkahkan harta, mungkin kadarnya saja yang berbeda antara ketika lapang dan sempit.
2.        Wal khadziminal ghaidza.
yaitu orang yang bisa dan mampu menahan nafsu amarahnya. 
Memang sulit untuk menahan amarah. Zaman sekarang ini sering kita jumpai orang, sekelompok orang, maupun suatu perkumpulan warga hampir semua bisa marah. Akibat kemarahan yang tak terkendali maka dapat merusak tatanan kehidupan, baik pribadi maupun komunitas dan bermasyarakat. Trend terjadi perselisihan antar kelompok/golongan, antar suku/etnis, bahkan ada yang sampai terbunuh sia-sia, padahal mereka umumnya adalah sesama muslim. 
Adanya perbedaan itu bukan untuk saling bermusuhan, tetapi untuk saling kenal mengenal antara satu dan yang lainnya karena disisi Allah SWT yang dinilai bukan karena sukunya tetapi karena ketaqwaannya. Jangan terperangkap dengan emosi, sebab dengan amarah itu pikiran jadi hilang perasaan mencekam dan pada saat itulah penyakit akan datang. Oleh karena itu, andai saja umat muslim di Indonesia mampu menahan amarah, Insya Allah Indonesia akan aman, dan pemimpin yang sabar menahan amarah maka akan mampu memperhitungkan secara bijaksana dan adil serta memiliki kesermatan yang memadai dalam menyelenggarakan pemerintahan, kepemimpinan dan kelangsungan hidup bernegara yang dicita-citakan bersama.
3.        Wal a’fiina ‘aninnass.
yaitu orang-2 yang bisa memaafkan kepada manusia, memaafkan manusia itu sangat sulit. Ketika seseorang berbuat salah kepada kita kadang-kadang menjadikan hati kita dongkol dan susah untuk memaafkan.
Adapun ciri-ciri lain diantaranya :
1.        Bersikap Empati (Peduli)
yaitu Mampu merasakan perasaan/penderitaan  orang lain (empati). Dalam istilah Jawa dikenal "wang sinawang" bahwa orang lain terlihat tak sebagaimana sebenarnya yang dirasakannya. Mungkin didepan terlihat orang kaya yang serba berkecukupan dan mewah nampak nyaman dan tenteram. Namun dibalik itu kita tidak akan tahu seberapa besar perjuangan dan pengorbanan yang telah dilaluinya. Atau sebenarnya seberapa berat ia menjaga dan menutupi aib bahwa ia sesungguhnya sedang terbelit utang, terjerat perjanjian dan sengketa dan sebagainya. Jadi kita harus bisa menempatkan diri dan empati pada orang lain terutama yang sedang tertimpa musibah, yang sedang menjalani hidupnya dengan perjuangan yang berat agar kita berjalan dimuka bumi ini tidak sombong, tidak pongah (lupa diri) dan mau membantu orang lain tanpa ada tendensi apapun dan semata-mata "dengan dan atas nama Allah" agar kita dapat mencapai derajat muttaqin (orang yang bertaqwa) disisi Allah SWT.
2.        Bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat.
yaitu sebagaimana kita sadari bersama bahwa setiapa manusia dimanapun berada, dan bagaimanapun baik dan bersahaja nya seseorang tidak akan lepas dari salah dan dosa. 


Jumat, 19 Agustus 2011

Iman Yang Sebenarnya


(disampaikan sebagai Kultum Shalat Tarawih, tgl 4 Agustus 2011 oleh Bp. SUBAGYO)
Kita sebagai orang yang memeluk agama Islam tidak boleh berpuas diri dengan predikat seorang Muslim. Karena keislaman seseorang tidak cukup untuk dapat menurunkan pertolongan Allah dalam kehidupan kita di dunia. Keislaman juga belum tentu bisa menyelamatkan kita dari siksa api neraka. Hanya orang-orang yang beriman sejati yang mendapatkan semua janji2Nya yaitu kebahagian dunia dan akhirat.
Bagaimanakah kriteria atau ciri-ciri orang-orang beriman yang sering dipanggil Allah dengan mesra “…yaa ayyuhal ladzina aamanu…..” ? Allah yang Maha Pengasih telah menyebutkan di dalam Al Quran surat Al Anfal :2-4

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
Dalam firman Allah SWT tersebut jelas sekali menyebutkan bahwa seorang mukmin yang Haq, yang benar-benar tulen, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Hatinya yang gemetar hatinya bila disebutkan Asma Allah
Gemetarnya bisa disebabkan karena banyak hal, karena kagum dan takluk pada Kebesaran Allah. Kebesaran dan Kemuliaan Dzat , Sifat maupun PerbuatanNya. Bisa juga karena takut terhadap siksa api neraka yang sangat pedih dan terbayangkan dosa dan kebodohan yang telah dilakukan. Bisa juga gemetar karena berharap karunia surga – dunia maupun akhirat-. Terkadang gemetar haru mengingat sifat Kasih Sayang dan PengampunNya ataupun gemetar hati karena melihat Kebesaran ciptaanNya.
Asma Allah yang disebutkan dalam Al Quran dan hadits biasa disebut dengan 99 Asmaul Husna (bahkan lebih dari itu) menunjukkan Sifat-Sifat Allah yang Agung yang wajib kita ketahui, fahami dan hayati maknanya. Pemahaman atas makna dan tafakkur pada ciptaan2Nya dan Kebesaran Asma-asma Allah itulah yang dapat menghantarkan seseorang pada “wajilat quluubukum”
2. Keimanannya bertambah bila dibacakan ayat-ayat Tuhan
Ayat dalam bahasa Arab artinya bukti. Orang-orang yang imannya tulen bila dihadapannnya dibacakan ayat Al Quran (dalil naqli) ataupun bukti aqli yang berupa demonstrasi Kebesaran Allah dalam penciptaan makhluk-makhlukNya maka bibirnyapun berucap “ Subhanallah…”. Bila membaca Al Quran yang menyebutkan tentang janji-janji Allah keimanannya bertambah, semangat hidupnya makin membara dan semakin giat beramal shalih.
Dan bila dia melihat Kebesaran Allah dalam penciptaan langit , buni dan jagad raya alam semesta maka diapun makin tunduk dan kagum pada Kuasa Allah. Bahkan ketika melihat betapa sempurna dan hebatnya pasukan-pasukan Allah yang berupa misalnya lebah lebah dan madu yang dihasilkan, maka diapun makin yakin dan kagum pada Allah.
Hari-hari orang beriman tidak pernah ada yang menjemukan. Setiap detik yang dilalui dipakai untuk “melihat” demonstrasi Kekuasaan Allah, bertafakkur dan kemudian bertasbih kepada Allah. Dan itu semua makin meningkatkan imannya.
3. Bertawakkal hanya kepada Allah
Bagi orang yang imannya Haq, tidak pernah ada rasa takut dan gentar menghadapi pernak-pernik dan badai di dalam kehidupan dunia. Ketergantungannya kepada Allah dan keyakinan bahwa Allah selalu menuntun dan melindunginya menjadikan langkahnya pasti menapaki roda kehidupan.
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Putus asa tidak ada dalam kamus hidupnya. Hidup dijalani dengan lapang dan mudah karena jalan keluar dalam tiap masalah, insya Allah ada. Dan rezeki juga sudah ditanggung oleh Allah Azza wa Jalla.
4. Mendirikan Shalat
Mereka ini adalah orang-orang yang gandrung shalat. Shalat menjadi obat segala masalah kehidupan. Persis seperti yang disabdakan junjungan kita Rasulullah SAW :
Apabila engkau mempunyai masalah maka shalat (sunnah) lah 2 rakaat” (HR Bukhari)
Mereka ini bukan sekedar melakukan shalat tapi mendirikannya. Menjaga rukun-rukunnya, waktunya, sunnah-sunnahnya dan juga kekhusyuannya. Shalat merupakan saat-saat yang indah bermunajat kepada Allah, mengadukan beban hidup, memohonkan kemudahan hidup di dunia dan juga kemuliaan hidup di akhirat. Shalat tidaklah menjadi beban bagi mereka bahkan shalat merupakan saat beristirahat dari keruwetan hidup. Dan tepatlah sabda Rasulullah saat menyuruh Bilal adzan dengan berkata : “Wahai Bilal, berilah istirahat kepada kita semua!”
Dan bukti mereka mendirikan shalat adalah akhlaknya di luar shalat. Mengapa ? Karena shalat itulah yang menghalangi mereka berbuat maksiat dan mungkar. Semakin baik mutu shalat maka semakin tinggilah akhlak seseorang
5. Menafkahkan rezeki yang dipunyai
Ciri terakhir seorang mukmin yang tulen adalah mudahnya dia bersedekah. Baginya harta karunia Allah yang didalamnya ada hak fakir miskin. Sedekah adalah tanda syukur kepada Allah kerena diberi kelapangan dalam harta. Tapi dia juga bersedekah dalam keadaan sempit karena jalan kemudahan akan datang dengan derasnya sedekah. Hati orang yang mukmin tidak terikat oleh harta yang dimiliki. Harta diletakkannya di tangan bukan di hati
Demikianlah ciri-ciri seorang mukmin yang Haq, yang tulen. Dan mukmin sejati inilah yang mendapatkan janji Allah yaitu kemuliaan derajat, pengampunan dosa-dosa dan rezeki yang halal dan berkah.
Semoga bahasan ini bisa menjadi jalan intropeksi bagi diri kita masing-masing. Apakah kita sudah mempunyai 5 ciri-ciri di atas ? Bila sudah, kita harus mensyukuri dan meminta Allah mengekalkan sifat-sifat mulia ini dalam diri kita. Bila kita belum memiliki 5 ciri ini maka kita perlu berusaha semaksimal mungkin agar kita bisa menjadi seorang mukmin sejati, yang dicintai Allahu Rabbi.

Disalin dari : blog "Kumpulan Kultum" 
tulisan karya author : Gatot Pramono

Minggu, 17 Juli 2011

Hati Menemukan Kedamaian Dengan Mengingat Allah

Hati Menemukan Kedamaian Dengan Mengingat Allah

by : harun-yahya.com

Menurut penelitian oleh David B Larson dan timnya dari the American National Health Research Center [Pusat Penelitian Kesehatan Nasional Amerika], pembandingan antara orang Amerika yang taat dan yang tidak taat beragama telah menunjukkan hasil yang sangat mengejutkan. Sebagai contoh, dibandingkan mereka yang sedikit atau tidak memiliki keyakinan agama, orang yang taat beragama menderita penyakit jantung 60% lebih sedikit, tingkat bunuh diri 100% lebih rendah, menderita tekanan darah tinggi dengan tingkat yang jauh lebih rendah, dan angka perbandingan ini adalah 7:1 di antara para perokok.
Ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apa pun yang lain.
Dalam sebuah pengkajian yang diterbitkan dalam International Journal of Psychiatry in Medicine, sebuah sumber ilmiah penting di dunia kedokteran, dilaporkan bahwa orang yang mengaku dirinya tidak berkeyakinan agama menjadi lebih sering sakit dan mempunyai masa hidup lebih pendek. Menurut hasil penelitian tersebut, mereka yang tidak beragama berpeluang dua kali lebih besar menderita penyakit usus-lambung daripada mereka yang beragama, dan tingkat kematian mereka akibat penyakit pernapasan 66% lebih tinggi daripada mereka yang beragama.
Para pakar psikologi yang sekuler cenderung merujuk angka-angka serupa sebagai "dampak kejiwaan". Ini berarti bahwa keyakinan agama meningkatkan semangat orang, dan hal ini berpengaruh baik pada kesehatan. Penjelasan ini mungkin sungguh beralasan, namun sebuah kesimpulan yang lebih mengejutkan muncul ketika orang-orang tersebut diperiksa. Keimanan kepada Allah jauh lebih kuat daripada pengaruh kejiwaan apa pun. Penelitian yang mencakup banyak segi tentang hubungan antara keyakinan agama dan kesehatan jasmani yang dilakukan oleh Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard telah menghasilkan kesimpulan yang mencengangkan di bidang ini. Walaupun bukan seorang yang beragama, Dr. Benson telah menyimpulkan bahwa ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apa pun yang lain. Benson menyatakan, dia telah menyimpulkan bahwa tidak ada keimanan yang dapat memberikan banyak kedamaian jiwa sebagaimana keimanan kepada Allah.
Apa yang mendasari adanya hubungan antara keimanan dan jiwa raga manusia ini? Kesimpulan yang dicapai oleh sang peneliti sekuler Benson adalah, dalam kata-katanya sendiri, bahwa jasmani dan ruhani manusia telah dikendalikan untuk percaya kepada Allah.
Kenyataan ini, yang oleh dunia kedokteran pelan-pelan telah mulai diterima, adalah sebuah rahasia yang dinyatakan dalam Al Qur'an dengan kalimat ini:         "...Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar Ra’d, 13:28).
Alasan mengapa orang-orang yang beriman kepada Allah, yang berdoa dan berharap kepada-Nya, lebih sehat secara ruhani dan jasmani adalah karena mereka berperilaku sesuai dengan tujuan penciptaan mereka. Filsafat dan sistem yang tidak selaras dengan penciptaan manusia selalu mengarah pada penderitaan dan ketidakbahagiaan.
Kedokteran modern sekarang sedang mengarah menuju pemahaman tentang kebenaran ini. Seperti kata Patrick Glynn: "Penelitian ilmiah di bidang psikologi selama lebih dari 24 tahun silam telah menunjukkan bahwa, ... keyakinan agama adalah satu di antara sejumlah kaitan paling serasi dari keseluruhan kesehatan jiwa dan kebahagiaan."
--------------------------------------------------------------------------------

1.       Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World (California: Prima Publishing: 1997), 80-81.
2.       Herbert Benson, and Mark Stark, Timeless Healing (New York: Simon & Schuster: 1996), 203.
3.       Ibid., 193.
4.       Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World, 60-61.

"Apa Sebabnya Engkau Menangis, Hai Abu Muhammad?"

 Abdurrahman Bin 'Auf R.A. bertanya
"Apa Sebabnya Engkau Menangis, Hai Abu Muhammad?"

Pada suatu hari, kota Madinah sedang aman dan tenteram, terlihat debu tebal yang mengepul ke udara, datang dari tempatketinggian di pinggir kota; debu itu semakin tinggi bergumpal-gumpai hingga hampir menutup ufuk pandangan mata. Angin yang bertiup menyebabkan gumpalan debu kuning dari butiran-butiran sahara yang lunak, terbawa menghampiri pintu-pintu kota, dan berhembus dengan kuatnya di jalan-jalan rayanya.

Orang banyak menyangkanya ada angin ribut yang menyapu dan menerbangkan pasir. Tetapi kemudian dari balik tirai debu itu segera mereka dengar suara hiruk pikuk, yang memberi tahu tibanya suatu iringan kafilah besar yang panjang.

Tidak lama kemudian, sampailah 700 kendaraan yang sarat dengan muatannya memenuhi jalan-jalan kota Madinah dan menyibukkannya. Orang banyak saling memanggil dan menghimbau menyaksikan keramaian ini serta turut bergembira dan bersukacita dengan datangnya harta dan rizqi yang dibawa kafilah itu ......

Ummul Mu'minin Aisyah Radhiyallahu 'Anha demi mendengar suara hiruk pikuk itu ia bertanya: "Apakah yang telah terjadi di kota Madinah..?" Mendapat jawaban, bahwa kafilah Abdurrahman bin 'Auf barn datang dari Svam membawa barang-barang dagangannya . .. Kata Ummul Mu'minin lagi: -- "Kafilah yang telah menyebabkan semua kesibukan ini?"
"Benar, ya Ummal Mu' minin ... karena ada 700 kendaraan...... !" Ummul Mu'minin menggeleng-gelengkan kepalanya, sembari melayangkan pandangnya jauh menembus, seolah-olah hendak mengingat-ingat kejadian yang pernah dilihat atau ucapan yang pernah didengarnya.
Kemudian katanya: "Ingat, aku pernah mendengar Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wa Salam bersabda:
"Kulihat Abdurrahman bin'Auf masuk surga dengan perlahan-lahan!"

Abdurrahman bin 'Auf masuk surga dengan perlahan-lahan... ? Kenapa ia tidak memasukinya dengan melompat atau berlari kencang bersama angkatan pertama para shahabat Rasul.. ? Sebagian shahabat menyampaikan ceritera Aisyah kepadanya, maka ia pun teringat pernah mendengar Nabi Sholallahu 'Alaihi Wa Salam Hadits ini lebih dari satu kali dan dengan susunan kata yangberbeda-beda.

Dan sebelum tali-temali perniagaannya dilepaskannya, ditujukannya langkah-langkahnya ke rumah Aisyah lain berkata kepadanya: 
"Anda telah mengingatkanku suatu Hadits yang tak pernah kulupakannya....". Kemudian ulasnya lagi: "Dengan ini aku mengharap dengan sangat agar anda menjadi saksi, bahwa kafilah ini dengan semua muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya, ku persembahkan di jalan Allah 'azza wajalla.....!" 
Dan dibagikannyalah seluruh muatan 700 kendaraan itu kepada semua penduduk Madinah dan sekitarnya sebagai perbuatan baik yang maha besar ....

Peristiwa yang satu ini saja, melukiskan gambaran yang sempurna tentang kehidupan shahabat Rasulullah, Abdurahman bin 'Auf. Dialah saudagar yang berhasil. Keberhasilan yang paling besar dan lebih sempurna! Dia pulalah orang yang kaya raya. Kekayaan yang paling banyak dan melimpah ruah ...! Dialah seorang Mu'min yang bijaksana yang tak sudi kehilangan bagian keuntungan dunianya oleh kawna keuntungan Agamanya, dan tidak suka harta benda kekayaannya meninggalkannya dari kafilah iman dan pahala surga. Maka dialah Radhiyallahu 'Anhu yang membaktikan harta kekayaannya dengan kedermawanan dan pemberian yang tidakterkira, dengan hati yang puas dan rela ... !

******
Kapan dan bagaimana masuknya orang besar ini ke dalam Islam? Ia masuk Islam sejak fajar menyingsing.... Ia telah memasukinya di saat-saat permulaan da'wah, yakni sebelum Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wa Salam memasuki rumah Arqam dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan dengan para shahabatnya orang-orang Mu'min ...

Dia adalah salah seorang dari delapan orang yang dahulu masuk Islam.. . . Abu, Bakar datang kepadanya menyampaikan Islam, begitu juga kepada Utsman bin 'Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubedillah, dan Sa'ad bin Abi Waqqash. Makatak ada persoalan yang tertutup bagi mereka, dan tak ada keragu-raguan yang menjadi penghalang, bahkan mereka segera pergi bersama Abu Bakar Shiddiq menemui RasuIullah Sholallahu 'Alaihi Wa Salam menyatakan bai'at dan memikul bendera Islam....

Dan semenjak keislamannya sampai berpulang menemui Tuhannya dalam umur tujuhpuluh lima tahun, ia menjadi teladan yang cemerlang sebagai Seorang Mu'min yang besar. Hal ini menyebabkan Nabi Sholallahu 'Alaihi Wa Salam memasukkannya dalam sepuluh orang Yang telah diberi kabar gembira sebagai ahli surga.

Dan Umar Radhiyallahu 'Anhu mengangkatnya pula sebagai anggota kelompok musyawarah yang berenam yang merupakan calon khalifah yang akan dipilih sebagai penggantinya, seraya katanya: "Rasulullah wafat dalam keadaan ridla kepada mereka!"

******
Segeralah Abdurrahman masuk Islam menyebabkannya menceritakan nasib malang berupa penganiayaan dan penindasan dari Quraisy .
Dan sewaktu Nabi Sholallahu 'Alaihi Wa Salam, memerintahkan para shahabatnya hijrah ke Nabsyi, Ibnu 'Auf ikut berhijrah kemudian kembali lagi ke Mekah, lalu hijrah untuk kedua kalinya ke Habsyi dan kemudian hijrah ke Madinah . . . ikut bertempur di perang Badar, Uhud dan peperangan-peperangan lainnya.

******
Keberuntungannya dalam perniagaan sampai suatu batas yang membangkitkan dirinya pribadi ketakjuban dan keheranan, hingga katanya:

"Sungguh, kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan di bawahnya emas dan perak......!"

Perniagaan bagi Abdurrahman bin 'Auf Radhiyallahu 'Anhu bukan berarti rakus dan loba .. Bukan pula suka menumpuk harta atau hidup mewah dan ria! Malah itu adalah suatu amal dan tugas kewajibanyang keberhasilannya akan menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan berqurban di jalan-Nya ... 

Dan Abdurrahman bin 'Auf seorang yang berwatak dinamis, kesenangannya dalam amal yang mulia di mana juga adanya.
Apabila ia tidak sedang shalat di mesjid, dan tidak sedang berjihad dalam mempertahankan Agama tentulah ia sedang mengurus perniagaannya yang berkembang pesat, kafilah-kafilahnya membawa ke Madinah dari Mesir dan Syria barang-barang muatan yang dapat memenuhi kebutuhan seluruh jazirah Arab berupa pakaian dan makanan. Dan watak dinamisnya ini terlihat sangat menonjol, ketika Kaum Muslimin hijrah ke Madinah.
Telah menjadi kebiasaan Rasul pada waktu itu untuk mempersaudarakan dua orang shahabat, salah seorang dari muhajirin warga Mekah dan yang lain dari Anshar penduduk Madinah.

Persaudaraan ini mencapai kesempurnaannya dengan cara yang harmonis yang mempesonakan hati. Orang-orang Anshar penduduk Madinah membagi dua seluruh kekayaan miliknya dengan saudaranya orang muhajirin .. , sampai-sampai soal rumahtangga. Apabila ia beristeri dua orang diceraikannya yang seorang untuk memperisteri saudaranya ......!

Ketika itu Rasul yang mulia mempersaudarakan antara Abdurrahman bin 'Auf dengan Sa'ad bin Rabi'.... Dan marilah kita dengarkan shahabat yang mulia Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu meriwayatkan kepada kita apa yang terjadi:
" ... dan berkatalah Sa'ad kepada Abdurrahman: "Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang kaya raya, silakan pilih separoh hartaku dan ambillah! Dan aku mempunyai dua orang isteri, coba perhatikan yang lebih menarik perhatian anda, akan kuceraikan ia hingga anda dapat memperisterinya......!"
Jawab Abdurrahman bin 'Auf: "Moga-moga Allah memberkati anda, isteri dan harts anda ! Tunjukkanlah letaknya pasar agar aku dapat berniaga....!"
Abdurrahman pergi ke pasar, dan berjual belilah di sana.......ia pun beroleh keuntungan ...!"

Kehidupan Abdurrahman bin 'Auf di Madinah baik semasa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam maupun sesudah wafatnya terus meningkat

Barang apa Saja yang ia pegang dan dijadikannya pokok perniagaan pasti menguntungkannya. Seluruh usahanya ini ditujukan untuk mencapai ridla Allah semata, sebagai bekal di alam baqa kelak.....!

Yang menjadikan perniagaannya berhasil dan beroleh berkat karena ia selalu bermodal dan berniaga barang yang halal dan menjauhkan diri dari perbuatan haram bahkan yang syubhat Seterusnya yang menambah kejayaan dan diperolehnya berkat, karena labanya bukan untuk Abdurrahman sendiri tapi di dalamnya terdapat bagian Allah yang ia penuhi dengan setepat-tepatnya, pula digunakannya untuk memperkokoh hubungan kekeluargaan serta membiayai sanak saudaranya, serta menyediakan perlengkapan yang diperlukan tentara Islam ......

Bila jumlah modal niaga dan harta kekayaan yang lainnya ditambah keuntungannya yang diperolehnya, maka jumlah kekayaan Abdurrahman bin 'Auf itu dapat dikira-kirakan apabila kita memperhatikan nilai dan jumlah yang dibelanjakannya pada jalan Allah Rabbul'alamin!
Pada suatu hati ia mendengar Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wa Salam bersabda:
"Wahai ibnu 'Auf! anda termasuk golongan orang kaya dan anda akan masuk surga secara perlahan-lahan ....! Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti Allah mempermudah langkah anda....!"

Semenjak ia mendengar nasihat Rasulullah ini dan ia menyediakan bagi AIlah pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran kepadanya dengan berlipat ganda.

Di suatu hari ia menjual tanah seharga 40 ribu dinar, kemudian uang itu dibagi-bagikannya semua untuk keluarganya dari Bani Zuhrah, untuk para isteri Nabi dan untuk kaum fakir miskin.

Diserahkannya pada suatu hari limaratus ekor kuda untuk perlengkapan balatentara islam ...dan di hari yang lain seribu limaratus kendaraan. Menjelang wafatnya ia berwasiat lima puluh ribu dinar untuk jalan Allah, lain diwasiatkannya pula bagi setiap orang yang ikut perang Badar dan masih hidup, masing-masing empat ratus dinar, hingga Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu yang terbilang kaya juga mengambil bagiannya dari wasiat itu, serta katanya:  "Harta Abdurrahman bin 'Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa selamat dan berkat".

******
Ibnu 'Auf adalah seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya. Sebagai buktinya, ia tidak mau celaka dengan mengumpulkannya dan tidak pula dengan menyimpannya bahkan ia mengumpulkannya secara santai dan dari jalan yang halal kemudian ia tidak menikmati sendirian tapi ikut menikmatinya bersama keluarga dan kaum kerabatnya serta saudara-saudaranya dan masyarakat seluruhnya. Dan karena begitu luas pemberian serta pertolongannya, pernah dikatakan orang:

"Seluruh penduduk Madinah berserikat dengan Abdurrahman bin 'Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada mereka, sepertiga lagi dipergunakannya untuk membayar hutang-hutang mereka. Dan sepertiga sisanya diberikan dan dibagi-bagikannya kepada mereka".

Harta kekayaan ini tidak akan mendatangkan kelegaan dan kesenangan pada dirinya, selama tidak memungkinkannya untuk membela Agama dan membantu kawan-kawannya. Adapun untuk lainnya, ia selalu takut dan ragu.

Pada suatu hari dihidangkan kepadanya makanan untuk berbuka, karena waktu itu ia sedang shaum .... Sewaktu pandangannya jatuh pada hidangan tersebut, timbul selera makannya, tetapi iapun menangis sambil mengeluh:

"Mushab bin Umeir telah gugur sebagai syahid, ia seorang yang jauh lebih baik daripadaku, ia hanya mendapat kafan sehelai burdah; jika ditutupkan ke kepalanya maka kelihatan kakinya, dan jika ditutupkan kedua kakinya terbuka kepalanya!

Demikian pula Hamzah yang jauh lebih baik daripadaku, ia pun gugur sebagai syahid, dan di saat akan dikuburkan hanya terdapat baginya sehelai selendang. Telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, dan telah diberikan pula kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. Sungguh kami khawatir kalau-kalau telah didahdukan pahala kebaikan kami...!"

Pada suatu peristiwa lain sebagian shahabatnya berkumpul bersamanya menghadapi jamuan di rumahnya. Tak lama sesudah makanan diletakkan di hadapan mereka, ia pun menangis; karena itu mereka bertanya: "Apa sebabnya anda menangis wahai Abu Muhammad?"

Ujarnya: "Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wa Salam telah wafat dan tak pernah beliau berikut ahli rumahnya sampai kenyang makan roti gandum, apa harapan kita apabila dipanjangkan usia tetapi tidak menambah kebaikan bagi kita ... ?"

Begitulah ia, kekayaannya yang melimpah-limpah, sedikitpun tidak membangkitkan kesombongan dan takabur dalam dirinya! Sampai-sampai dikatakan orang tentang dirinya:

"Seandainya seorang asing yang belum pernah mengenalnya, kebetulan melihatnya sedang duduk-duduk bersama pelayan-pelayannya, niscaya ia tak akan sanggup membedakannya dari antara mereka!"

Tetapi bila orang asing itu mengenal satu segi saja dari perjuangan ibnu 'Auf dan jasa-jasanya, misalnya diketahuinya bahwa di badannya terdapat duapuluh bekas luka di perang Uhud, dan bahwa salah satu dari bekas luka ini meninggalkan cacad pincang yang tidak sembuhsembuh pada salah satu kakinya.
Sebagaimana pula beberapa gigi seri rontok di perang Uhud, yang menyebabkan kecadelan yang jelas pada ucapan dan pembicaraannya. 
Di waktu itulah orang baru akan menyadari bahwa laki-laki yang berperawakan tinggi dengan air muka berseri dan kulit halus, pincang serta cadel, sebagai tanda jasa dari perang Uhud, itulah orang yang bernama Abdurrahman bin 'Auf ... ! Semoga Allah ridla kepadanya dan ia pun ridla kepada Allah ... !

******
Sudah menjadi kebiasaan pada tabi'at manusia bahwa harta kekayaan mengundang kekuasaan ... artinya bahwa orang-orang kaya selalu gandrung untuk memiliki pengaruh guna melindungi kekayaan mereka dan melipat gandakannya, dan untuk memuaskan nafsu, sombong, membanggakan dan mementingkan diri sendiri, yakni sifat-sifat yang biasa dibangkitkan oleh kekayaan... !

Tetapi bila kita melihat Abdurrahman bin 'Auf dengan kekayaannya yang melimpah ini, kita akan menemukan manusia ajaib yang sanggup menguasai tabi'at kemanusiaan dalam bidang ini dan melangkahinya ke puncak ketinggian yang unik ... !

Peristiwa ini terjadi sewaktu Umar bin Khatthab hendak berpisah dengan ruhnya yang suci dan ia memilih enam orang tokoh dari para shahabat Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wa Salam sebagai formatur agar mereka memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah yang baru....

Jari-jari tangan sama-sama menunjuk dan mengisyaratkan Ibnu 'Auf .... Bahkan sebagian shahabat telah menegaskan bahwa dialah orang yang lebih berhak dengan khalifah di antara yang enam itu, maka ujamya: "Demi Allah, daripada aku menerima jabatan tersebut, lebih balk ambil pisau lain taruh ke atas leherku, kemudian kalian tusukkan sampai tembus ke sebelah!"

Demikianlah, baru saja kelompok Enam formatur itu mengadakan pertemuan untuk memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah yang akan menggantikan al-Faruk, Umar bin Khatthab maka kepada kawan-kawannya yang lima dinyatakannya bahwa ia telah melepaskan haknya yang dilimpahkan Umar kepadanya sebagai salah seorang dari enam orang calon yang akan dipilih menjadi khalifah. Dan adalah kewajiban mereka untuk melakukan pemilihan itu terbatas diantara mereka yang berlima saja ....

Sikap zuhudnya terhadap jabatan pangkat ini dengan cepat telah menempatkan dirinya sebagai hakim di antara lima orang tokoh terkemuka itu. Mereka menerima dengan senang hati agar Abdurrahman bin 'Auf menetapkan pilihan khalifah itu terhadap salah seorang di antara mereka yang berlima, sementara Imam Ali mengatakan:

"Aku pernah mendengar Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wa Salam bersabda, bahwa anda adalah orang yang dipercaya oleh penduduk langit, dan dipercaya pula oleh penduduk bumi  !"

Oleh Ibnu 'Auf dipilihlah Utsman bin Affan untuk jabatan khalifah dan yang lain pun menyetujui pilihannya.

*****
Nah, inilah hakikat seorang laki-laki yang kaya raya dalam Islam! Apakah sudah anda perhatikan bagaimana Islam telah mengangkat dirinya jauh di atas kekayaan dengan segala godaan dan penyesatannya itu, dan bagaimana ia menempa kepribadiannya dengan sebaik-baiknya?

Dan pada tahun ketigapuluh dua Hijrah, tubuhnya berpisah dengan ruhnya .... Ummul Mu'minin Aisyah ingin memberinya kemuliaan khusus yang tidak diberikannya kepada orang lain,maka diusulkannya kepadanya sewaktu ia masih terbaring diranjang menuju kematian, agar ia bersedia dikuburkan di pekarangan rumahnya berdekatan dengan Rasulullah, Abu Bakar dan Umar....

Akan tetapi ia memang seorang Muslim yang telah dididik Islam dengan sebaik-baiknya, ia merasa malu diangkat dirinya pada kedudukan tersebut ... !

Pula dahulu ia telah membuat janji dan ikrar yang kuat dengan Utsman bin Madh'un, yakni bila salah seorang di antara mereka meninggal sesudah yang lain maka hendaklah ia dikuburkan di dekat shahabatnya itu ... !

*****
Selagi ruhnya bersiap-siap memulai perjalanannya yang baru, air matanya meleleh sedang lidahnya bergerak-gerak mengucapkan kata-kata:

"Sesungguhnya aku khawatir dipisahkan dari shahabat-shahabatku karena kekayaanku yang melimpah ruah ... !"

Tetapi sakinah dari Allah segera menyelimutinya, lain satu senyuman tipis menghiasi wajahnya disebabkan sukacita yang memberi cahaya serta kebahagiaan yang menenteramkan jiwa... Ia memasang telinganya untuk menangkap sesuatu ....seolah-olah ada suara yang lernbut merdu yang datang mendekat ....
Ia sedang mengenangkan kebenaran sabda Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wa Salam yang pernah beliau ucapkan: "Abdurrahman bin 'Auf dalam surga!", lagi pula ia sedang mengingat-ingat janji Allah dalam kitab-Nya:

"Orang-orang yang membelanjakan hartanya dijalan Alloh kemudian mereka tidak mengiringi apa yang telah mereka nafqahkan itu dengan membangkit-bangkit pemberiannnya dan tidak pula kata-kata yang menyakitkan, niscaya mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka; mereka tidak usah merasa takut dan tidak pula berdukacita ... !"
(QS. 2 al-Baqarah: 262)

by eL_piojo

Senin, 25 April 2011

Zakat Profesi


Zakat Profesi Untuk Pendapatan Gaji / Upah

Profesi yang dimaksud disini adalah pekerjaan tetap atau pekerjaan dengan penghasilan berupa gaji atau pun upah yang dibayarkan pada waktu yang tetap. Namun pengenaan zakat profesi tetap mengacu pada kaidah dasar yaitu sesuai dengan nisabnya (senilai 93,6gram emas) dan telah genap satu tahun maka zakatnya wajib dikeluarkan. Hal ini pun dilaksanakan jika penghasilan seseorang telah melebihi kebutuhan pokok hidupnya dan keluarganya, baik sandang, pangan, papan(rumah), alat-alat rumahtangga atau alat-alat usaha yang tidak bisa diabaikan, sedangkan sisanya masih memenuhi satu nisab (93,6gram emas) dan telah genap satu tahun.
Pembahasan perihal kewajiban zakat profesi merupakan pengembangan fisik kontemporer, mengingat dalam fiqih konvensional tidak dimasukkan. Zakat profesi, dikalangan ulama memang masih ada yang berbeda pandangan dan pendapatnya. Hal ini wajar, karena  tidak ada dalil shahih yang menjelaskan. Demikian menurut pendapat ulama kontemporer berdasarkan konsep keadilan. Analoginya bahwa kenyataan dimasyarakat ada orang bekerja tetap dengan pengasilan /gaji yang besar namun tidak ada ketegasan wajib mengeluarkan zakat. sementara ada petani yang hasil panennya tak seberapa besar tetap harus dikeluarkan zakatnya.
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka."

(Q.S. At Taubah : 103)

Untuk pegawai negeri di kantor pemerintah, umumnya setiap penghasilan dipotong 2,5% (penuh) secara otomatis untuk zakat profesi. Ini sesuai himbauan Kementrian Agama Republik Indonesia yang kelola oleh Badan Amil Zakat Nasional dan MUI belum ada fatwa bahwa pengambilan zakat profesi itu adalah bid'ah atau dengan kata lain sebagai haram. 

Contoh sederhana perhitungan zakat profesi.


Pak Amir adalah PNS (pegawai negeri sipil) maka zakat diqiyaskan dengan wujud berupa uang, sehingga kadar zakatnya lebih dekat kepada harta emas atau perak. yaitu  2,5% dari seluruh penghasilan kotor.
  • Pak Amir menerima gaji bersih (setelah kena pajak) = Rp 2.000.000,-/bulan, 
    • Tunjangan tetap = Rp 500.000,-/bulan. 
    • Penghasilan tambahan dari laba kios usaha barang  kebutuhan pokok sehari-hari adalah rata-rata = Rp 2.200.000,-/bulan. 
    • Tanggungan tetap yaitu kebutuhan pokok yang tak dapat diabaikan (kredit rumah BTN, motor untuk bekerja, biaya sekolah, dan lain-lain)= Rp 2.200.000,-/bulan
    • Maka, rata-rata penghasilan menjadi 
      • Rp 2.500.000,-/bulan atau  
      • Rp 30.000.000,-/tahun.
  • Jika, harga emas saat ini = Rp 210.500,-/gram, maka 93,6 gram = Rp 19.702.800,- . 
    • Sehingga penghasilan Pak Amir telah memenuhi nisabnya dan wajib dikeluarkan zakat nya. 
    • Zakat profesi Pak Amir : 
      • 2,5%  x Rp    2.500.000,-/bulan  = Rp 62.500,-/bulan. atau 
      • 2,5% x Rp 30.000.000,-/tahun = Rp 750.000,-/tahun (jika dikeluarkan setahun). 
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

2 Cara Penghitungan Zakat Profesi

Menurut Yusuf Qardhawi perhitungan zakat profesi dibedakan menurut dua cara:
  1. Secara langsung, 

      • zakat dihitung dari 2,5% dari penghasilan kotor seara langsung, baik dibayarkan bulanan atau tahunan. Metode ini lebih tepat dan adil bagi mereka yang diluaskan rezekinya oleh Allah. 
    Contoh: Seseorang dengan penghasilan Rp 3.000.000 tiap bulannya, maka wajib membayar zakat sebesar: 2,5% X 3.000.000=Rp 75.000 per bulan atau Rp 900.000 per tahun.
  2. Setelah dipotong dengan kebutuhan pokok, 

    • zakat dihitung 2,5% dari gaji setelah dipotong dengan kebutuhan pokok. Metode ini lebih adil diterapkan oleh mereka yang penghasilannya pas-pasan. 

      Contoh: Seseorang dengan penghasilan Rp 1.500.000,- dengan pengeluaran untuk kebutuhan pokok Rp 1.000.000 tiap bulannya, maka wajib membayar zakat sebesar : 2,5% X (1.500.000-1.000.000)=Rp 12.500 per bulan atau Rp 150.000,- per tahun.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Waktu Zakat

Pendapat-pendapat  ulama mengenai waktu untuk membayar zakat profesi:

  • Pendapat As-Syafi'i dan Ahmad mensyaratkan haul (sudah cukup setahun) terhitung dari kekayaan itu didapat. 
  • Pendapat Abu Hanifah, Malik dan ulama modern, seperti Muh Abu Zahrah dan Abdul Wahab Khalaf mensyaratkah haul tetapi terhitung dari awal dan akhir harta itu diperoleh, kemudian pada masa setahun tersebut harta dijumlahkan dan kalau sudah sampai nisabnya maka wajib mengeluarkan zakat. 
  • Pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Umar bin Abdul Aziz dan ulama modern seperti Yusuf Qardhawi tidak mensyaratkan haul, tetapi zakat dikeluarkan langsung ketika mendapatkan harta tersebut. Mereka mengqiyaskan dengan Zakat Pertanian yang dibayar pada setiap waktu panen.
    Nisab zakat pendapatan/profesi mengambil rujukan kepada nisab zakat tanaman dan buah-buahan sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah setara dengan 520 kg beras. Hal ini berarti bila harga beras adalah Rp 8.500/kg maka nisab zakat profesi adalah 520 dikalikan Rp8.500 menjadi sebesar Rp 4.420.000. Namun mesti diperhatikan bahwa karena rujukannya pada zakat hasil pertanian yang dengan frekuensi panen sekali dalam setahun, maka pendapatan yang dibandingkan dengan nisab tersebut adalah pendapatan selama setahun.

Demikian. semoga bermanfaat.