Selasa, 27 September 2011

Siapakah Raja Fir'aun Yang Tenggelam di Laut Merah ?


Nama Raja Fir'aun Yang Tenggelam di Laut Merah ? 


Relief Penindasan Raja Fir'aun 
Kisah mengenai Mukjizat Nabi Musa (Mosses) yang membelah Laut Merah dengan tongkatnya untuk menghindari kejaran Fir'aun dan bala tentaranya tentunya sudah tak asing lagi ditelinga kita.

Siapakah Fir'aun Yang Tenggelam di Laut Merah ?
Ternyata Nama Fir'aun hanyalah sebuah gelar raja (Bukan nama Raja). Hal ini sama seperti di Indonesia ada kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh seorang raja bergelar Sultan Hamengku Buwono yang saat ini dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono X. 
dalam berbagai kisah fir'aun, diceritakan bahwa Raja Fir'aun lah yang tenggelam di laut merah. 

Lalu Fir'aun yang manakah, yang tenggelam di Laut Merah itu?
..... lebih lanjut ,  baca di laman Artikel diatas.

Jumat, 09 September 2011

Iblis, seperti apakah dia ?

"Dialog Nabi Muhammad SAW dengan Iblis"
(oleh : Syeikh Muhyiddin Ibnu 'Araby )


Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam sejahtera semoga senantiasa dilimpahkan kepada seorang nabi yang Ummi, Muhammad saw., dan kepada keluarganya yang bersih serta seluruh sahabatnya yang mulia.


Diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal r.a., dari Ibnu Abbas r.a. yang berkisah: ............................
Kami bersama Rasulullah saw di rumah salah seorang sahabat Anshar, dimana saat itu kami di tengah-tengah jamaah. Lalu ada suara orang memanggil dari luar.
"Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, sementara kalian butuh kepadaku."
Rasulullah bertanya kepada para jamaah,
"Apakah kalian tahu, siapa yang memanggil dari luar itu?"
Mereka menjawab, 
"Tentu Allah dan RasulNYA yang lebih tahu."
Lalu Rasulullah menjelaskan, 
"Ini adalah iblis yang terkutuk. Semoga Allah senantiasa melaknatnya."
Kemudian Umar r.a. meminta izin kepada Rasulullah sembari berkata, 
"Ya Rasulullah, apakah engkau mengizinkanku untuk membunuhnya?"
...lebih lanjut , silahkan baca di laman Muhammad SAW diatas.

Muttaqin

Menjadi Muttaqin kah kita?


Memasuki Bulan Syawal 1432H ini, kita telah melewati melalui Bulan Ramadhan yang penuh berkah. 
Namun apakah kita telah memperoleh barokah? apakah kita telah memperoleh manfaat? apakah kita termasuk orang yang bertakwa (muttaqin) ? 
Dalam beberapa kali majelis ta'lim dibulan syawal telah banyak disampaikan tausyiah tentang menjadi muttaqin. 
Dan ciri-ciri orang yang muttaqin itu, diantaranya  ada 3 (tiga) golongan yang sering kita dengar dalam majelis ta'lim, walaupun masih ada beberapa ciri-ciri lain pula. 
Yaitu  :

1.        Yunfiquuna fissarrai wa dharraa.
yaitu orang yang menafkahkan hartanya diwaktu lapang dan sempit. 
Jika diwaktu lapang mungkin akan lebih mudah untuk menafkahkan harta, gaji besar dan ketika mendapatkan keuntungan dalam berniaga serta kesenangan lainnya. Tetapi Allah SWT juga memerintahkan agar kita menafkahkan harta diwaktu sempit dimana terkadang orang miskin ini hanya bisa meminta-minta tetapi tidak mau memberi, padahal ciri manusia muttaqin adalah meskipun miskin, kita tetap menafkahkan harta, mungkin kadarnya saja yang berbeda antara ketika lapang dan sempit.
2.        Wal khadziminal ghaidza.
yaitu orang yang bisa dan mampu menahan nafsu amarahnya. 
Memang sulit untuk menahan amarah. Zaman sekarang ini sering kita jumpai orang, sekelompok orang, maupun suatu perkumpulan warga hampir semua bisa marah. Akibat kemarahan yang tak terkendali maka dapat merusak tatanan kehidupan, baik pribadi maupun komunitas dan bermasyarakat. Trend terjadi perselisihan antar kelompok/golongan, antar suku/etnis, bahkan ada yang sampai terbunuh sia-sia, padahal mereka umumnya adalah sesama muslim. 
Adanya perbedaan itu bukan untuk saling bermusuhan, tetapi untuk saling kenal mengenal antara satu dan yang lainnya karena disisi Allah SWT yang dinilai bukan karena sukunya tetapi karena ketaqwaannya. Jangan terperangkap dengan emosi, sebab dengan amarah itu pikiran jadi hilang perasaan mencekam dan pada saat itulah penyakit akan datang. Oleh karena itu, andai saja umat muslim di Indonesia mampu menahan amarah, Insya Allah Indonesia akan aman, dan pemimpin yang sabar menahan amarah maka akan mampu memperhitungkan secara bijaksana dan adil serta memiliki kesermatan yang memadai dalam menyelenggarakan pemerintahan, kepemimpinan dan kelangsungan hidup bernegara yang dicita-citakan bersama.
3.        Wal a’fiina ‘aninnass.
yaitu orang-2 yang bisa memaafkan kepada manusia, memaafkan manusia itu sangat sulit. Ketika seseorang berbuat salah kepada kita kadang-kadang menjadikan hati kita dongkol dan susah untuk memaafkan.
Adapun ciri-ciri lain diantaranya :
1.        Bersikap Empati (Peduli)
yaitu Mampu merasakan perasaan/penderitaan  orang lain (empati). Dalam istilah Jawa dikenal "wang sinawang" bahwa orang lain terlihat tak sebagaimana sebenarnya yang dirasakannya. Mungkin didepan terlihat orang kaya yang serba berkecukupan dan mewah nampak nyaman dan tenteram. Namun dibalik itu kita tidak akan tahu seberapa besar perjuangan dan pengorbanan yang telah dilaluinya. Atau sebenarnya seberapa berat ia menjaga dan menutupi aib bahwa ia sesungguhnya sedang terbelit utang, terjerat perjanjian dan sengketa dan sebagainya. Jadi kita harus bisa menempatkan diri dan empati pada orang lain terutama yang sedang tertimpa musibah, yang sedang menjalani hidupnya dengan perjuangan yang berat agar kita berjalan dimuka bumi ini tidak sombong, tidak pongah (lupa diri) dan mau membantu orang lain tanpa ada tendensi apapun dan semata-mata "dengan dan atas nama Allah" agar kita dapat mencapai derajat muttaqin (orang yang bertaqwa) disisi Allah SWT.
2.        Bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat.
yaitu sebagaimana kita sadari bersama bahwa setiapa manusia dimanapun berada, dan bagaimanapun baik dan bersahaja nya seseorang tidak akan lepas dari salah dan dosa.